Perkembangan musik Reggae dengan
nuansa Rastafariannya terus mengepak, menancapkan estetika-apokaliptik kesetiap jiwa penikmat Reggae dunia. Reggae
merupakan jenis musik yang mudah beradaptasi dengan beragam lingkungan
kultural. Konstribusi dari sosok legenda Reggae Bob Marley-lah yang membawa
musik Reggae menjadi musik yang begitu universal. Ska-Rocksteady-Reggae yang merupakan jejak
reinkarnasi jalur musik Bob Marley menjadi trend tersendiri dan mendapatkan
tempat dihati para pelaku musik. Banyak aliran musik yang berbeda
mengkolaborasikan Reggae dengan aliran musik yang dianutnya, bahkan ada juga
pemusik-pemusik yang mengubah arah kemudi musiknya dan memilih Reggae sebagai
jalur pilihan.
Secara khusus di Indonesia, sebagian
besar masyarakat menganggap Reggae adalah murni aliran musik. Pada
kenyataannya, Reggae di Indonesia bahkan dunia pada umumnya, mengandung unsur
Rastafarian yang merupakan roots dari Reggae itu sendiri. Bob
Marley-Reggae-Rastafaraian, adalah satu bentuk yang tak terpisahkan, kemudian
diserap secara umum oleh masyarakat musik. Estetika Reggae termasuk didalamnya
musik dan Dreadlock sebagai simbol Rastafarian, menjadi “modus operandi” yang
sangat “cantik” untuk penyebaran Rastafarian. Dreadlock bahkan menjadi style
dari sebagian besar pecinta Reggae, yang dikonsumsi tanpa mereka tahu arti
sebenarnya.
Musik Reggae mulai dikenal di Indonesia
sekitar awal tahun 1980, dengan munculnya band Reggae Abreso (seluruh
personilnya berasal dari papua) dalam acara Reggae Night di Taman Impian Jaya
Ancol. Selain itu, masih di era tahun 1980-an ada lagu “Dansa Reggae” yang
dinyanyikan oleh Nola Tilaar dengan iringan musik Willie Teuguh. Lagu ciptaan
mendiang Melky Goeslaw ( ayahanda Mely Goeslaw) inilah sebagai salah satu lagu
“Reggae Pribumi” yang memperkenalkan Reggae ke masyarakat umum, dengan
liriknya: “Orang Jawa bilang”, ‘Monggo dansa reggae!”. Sekitar tahun 1986
muncul Black Company, sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun
berikutnya muncul kemudian Asian Roots yang merupakan turunan dari band
sebelumnya, kemudian Asian Force, Abresso, dan Jamming.
Setelah kemunculannya di awal tahun
80-an, Reggae sempat padam dari permukaan musik Indonesia yang sangat cepat
menyerap berbagi genre musik. Tetapi sebenarnya para “pejuang Reggae” tidak
pernah berhenti berkarya, dan penggemar Reggae masih tetap ada dan menjadi
komunitas-minoritas. Salah satunya Tony Q dan mendiang Imanez yang meraih jaman keemasan dengan hits Samalona, dan Anak Pantai-nya. Pada akhir tahun 90-an, Ska yang merupakan
cikal-bakal kelahiran Reggae sempat menjadi trend musik Indonesia. Dengan hits Genit, Tipe-X yang beraliran ska mampu
merajai tangga lagu tanah air, disusul kemudian dengan munculnya banyak sekali
band-band yang beraliran Ska. Reggae kemudian muncul kepermukaan musik tanah
air di tahun 2000-an.Welcome
to My Paradise yang dinyanyikan Steven & Coconut Treez, harus diakui
adalah hits Reggae yang menjadi tonggak awal dikenalnya aliran Reggae secara
umum (sekilas band ini mengingatkan kita kepada Big Mountain yang ngetop lewat Baby, I love Your way), tanpa
mengesampingkan jasa para pejuang reggae lainnya yang telah banyak berkarya
sebelumnya. Mendiang Imanez, Tony Q Rastafara, Mas Anis (Yogyakarta), Joni
Agung (Bali), Ras Muhamad dan sederet nama lainnya memberikan kontribusi yang
sangat berarti bagi perkembangan Reggae tanah air. Welcome to My Paredise yang
sempat hits dan menduduki banyak tangga lagu Indonesia, menurut steven harus
diproduseri sendiri. “Album itu kami rekam sendiri karena tidak ada lebel yang
mau,” ungkap steven, di acara Kick Andy, Kamis 28 Desember 2006.
Perkembangan Reggae di Indonesia
mulai berjalan perlahan. Walaupun tidak sepesat aliran musik lainnya. Terbukti,
telah banyak komunitas-komunitas Reggae di Indonesia (utamanya Yogyakarta,
Jakarta dan Bali), dan begitu banyak jenis musik Reggae pribumi yang di
produksi secara independent. Papa Rasta, Kowena, Marapu, Joni Agung di Bali
(meluncurkan album Reggae Mebasa Bali,
Reggae berbahasa Bali). Termasuk di antaranya band asal Bekasi yang baru saja
merilis album Breaking The Roots, Souljah.
Bahkan, belakangan band-band papan atas mencoba memainkan Reggae. Seperti Dewa
yang mencoba berdansa lewat lagu Matahari,
Bulan, Bintang, Nugie ( Bisa Lebih
Bahagia), Iwan Fals, dan Slank yang memang menjadikan Reggae sebagai salah
satu inspirasi musiknya. Yang membanggakan dunia Reggae tanah air adalah Tony Q
dan New Rastafara terdaftar sebagai headliners di acara Legend Of Rasta Reggae Festival, dan Shaggy Dog yang telah berperan
serta pada Festival Mundial, Belanda.
Terlepas dari siapa dan bagaimana musisi memainkannya, Regae telah hadir di dunia, khususnya indonesia, sebagai seni hidup dengan Rastafariannya, yang telah menyebarkan pesan kemanusiaan, persamaan ras, kedamaian bagi setiap manusia.
Terlepas dari siapa dan bagaimana musisi memainkannya, Regae telah hadir di dunia, khususnya indonesia, sebagai seni hidup dengan Rastafariannya, yang telah menyebarkan pesan kemanusiaan, persamaan ras, kedamaian bagi setiap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar