Rabu, 05 Desember 2012

Reggae Indonesia


Perkembangan musik Reggae dengan nuansa Rastafariannya terus mengepak, menancapkan estetika-apokaliptik kesetiap jiwa penikmat Reggae dunia. Reggae merupakan jenis musik yang mudah beradaptasi dengan beragam lingkungan kultural. Konstribusi dari sosok legenda Reggae Bob Marley-lah yang membawa musik Reggae menjadi musik yang begitu universal.  Ska-Rocksteady-Reggae yang merupakan jejak reinkarnasi jalur musik Bob Marley menjadi trend tersendiri dan mendapatkan tempat dihati para pelaku musik. Banyak aliran musik yang berbeda mengkolaborasikan Reggae dengan aliran musik yang dianutnya, bahkan ada juga pemusik-pemusik yang mengubah arah kemudi musiknya dan memilih Reggae sebagai jalur pilihan.

Secara khusus di Indonesia, sebagian besar masyarakat menganggap Reggae adalah murni aliran musik. Pada kenyataannya, Reggae di Indonesia bahkan dunia pada umumnya, mengandung unsur Rastafarian yang merupakan roots dari Reggae itu sendiri. Bob Marley-Reggae-Rastafaraian, adalah satu bentuk yang tak terpisahkan, kemudian diserap secara umum oleh masyarakat musik. Estetika Reggae termasuk didalamnya musik dan Dreadlock sebagai simbol Rastafarian, menjadi “modus operandi” yang sangat “cantik” untuk penyebaran Rastafarian. Dreadlock bahkan menjadi style dari sebagian besar pecinta Reggae, yang dikonsumsi tanpa mereka tahu arti sebenarnya.

Musik Reggae mulai dikenal di Indonesia sekitar awal tahun 1980, dengan munculnya band Reggae Abreso (seluruh personilnya berasal dari papua) dalam acara Reggae Night di Taman Impian Jaya Ancol. Selain itu, masih di era tahun 1980-an ada lagu “Dansa Reggae”  yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar dengan iringan musik Willie Teuguh. Lagu ciptaan mendiang Melky Goeslaw ( ayahanda Mely Goeslaw) inilah sebagai salah satu lagu “Reggae Pribumi” yang memperkenalkan Reggae ke masyarakat umum, dengan liriknya: “Orang Jawa bilang”, ‘Monggo dansa reggae!”. Sekitar tahun 1986 muncul Black Company, sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun berikutnya muncul kemudian Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian Asian Force, Abresso, dan Jamming.

Setelah kemunculannya di awal tahun 80-an, Reggae sempat padam dari permukaan musik Indonesia yang sangat cepat menyerap berbagi genre musik. Tetapi sebenarnya para “pejuang Reggae” tidak pernah berhenti berkarya, dan penggemar Reggae masih tetap ada dan menjadi komunitas-minoritas. Salah satunya Tony Q dan mendiang Imanez  yang meraih jaman keemasan dengan hits Samalona, dan Anak Pantai-nya. Pada akhir tahun 90-an, Ska yang merupakan cikal-bakal kelahiran Reggae sempat menjadi trend musik Indonesia. Dengan hits Genit, Tipe-X yang beraliran ska mampu merajai tangga lagu tanah air, disusul kemudian dengan munculnya banyak sekali band-band yang beraliran Ska. Reggae kemudian muncul kepermukaan musik tanah air di tahun 2000-an.Welcome to My Paradise yang dinyanyikan Steven & Coconut Treez, harus diakui adalah hits Reggae yang menjadi tonggak awal dikenalnya aliran Reggae secara umum (sekilas band ini mengingatkan kita kepada Big Mountain yang ngetop lewat Baby, I love Your way), tanpa mengesampingkan jasa para pejuang reggae lainnya yang telah banyak berkarya sebelumnya. Mendiang Imanez, Tony Q Rastafara, Mas Anis (Yogyakarta), Joni Agung (Bali), Ras Muhamad dan sederet nama lainnya memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan Reggae tanah air. Welcome to My Paredise  yang sempat hits dan menduduki banyak tangga lagu Indonesia, menurut steven harus diproduseri sendiri. “Album itu kami rekam sendiri karena tidak ada lebel yang mau,” ungkap steven, di acara Kick Andy, Kamis 28 Desember 2006. 

Perkembangan Reggae di Indonesia mulai berjalan perlahan. Walaupun tidak sepesat aliran musik lainnya. Terbukti, telah banyak komunitas-komunitas Reggae di Indonesia (utamanya Yogyakarta, Jakarta dan Bali), dan begitu banyak jenis musik Reggae pribumi yang di produksi secara independent. Papa Rasta, Kowena, Marapu, Joni Agung di Bali (meluncurkan album Reggae Mebasa Bali, Reggae berbahasa Bali). Termasuk di antaranya band asal Bekasi yang baru saja merilis album Breaking The Roots, Souljah. Bahkan, belakangan band-band papan atas mencoba memainkan Reggae. Seperti Dewa yang mencoba berdansa lewat lagu Matahari, Bulan, Bintang, Nugie ( Bisa Lebih Bahagia), Iwan Fals, dan Slank yang memang menjadikan Reggae sebagai salah satu inspirasi musiknya. Yang membanggakan dunia Reggae tanah air adalah Tony Q dan New Rastafara terdaftar sebagai headliners di acara Legend Of Rasta Reggae Festival, dan Shaggy Dog yang telah berperan serta pada Festival Mundial, Belanda.

Terlepas dari siapa dan bagaimana musisi memainkannya, Regae telah hadir di dunia, khususnya indonesia, sebagai seni hidup dengan Rastafariannya, yang telah menyebarkan pesan kemanusiaan, persamaan ras, kedamaian bagi setiap manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar